Kenanglah cu, dunia dimasa kau masih berukuran pendek Ibumu, ayahmu, tetanggamu, rakyat-rakyat dinegaranya Kusut Kusut sekusut-kusut benang tipis dengan seribu lilitan Sebatang ubi yang dipotong delapan bagian lalu dengan rela atau tidak digasak kedalam mulut karena perut terlalu bising, banyak protes, tak paham kondisi raganya Kenanglah cu, saat lagu kebangsaan dengan gagahnya terdengar diradio-radio tetangga Kami, kedua orangtua dari ibumu, menatap langit tujuh belas lalu berpelukan tersedu-sedu dibalik mihrab bambu satu persatu derai tercucur jua, setelah berpuluh-puluh tahun lamanya ia menyudut menganak sungai Tapi hari sakral itu menggoyahkan ketegaran kami Bukan karena penyesalan, Tapi begitu harunya kami pada generasi-generasi pejuang lalu demi sebuah negara yang berdaulat Mengingat betapa getirnya negara ini setelah itu, setelah bermil-mil jauhnya dari kenangan lalu Mungkin mereka tak tahu duduk perkaranya atau memang dengan sengaja menggubrisnya S...