Langsung ke konten utama

SETANISME UANG Oleh : March Az


Aku berjalan dengan langkah cepat. Hatiku kacau, fikiranku risau,.Ah harus sekocar-kacir inikah aku ? Rasa khawatirku begitu besar, seakan maut benar-benar akan menjemput. Dari kejauhan aku melihat lelaki tinggi, berperawakan india, dengan wajah yang pucat pasi. Langkahku terhenti, fikiranku mulai terpusat pada lelaki itu. Sungguh kurang ajarnya dia, berani mengalihkan rasa khawatirku yang sedari tadi menggorogoti akal sehatku. Aku tertegun, ribuan sel syarafku mulai bekerja. Dan Ahaa, lelaki itu Udin, lelaki sekawanku ketika menjadi TKI di negara Paman Sam. Aku begitu menyukainya, Udin dan aku sama saat itu, kami sama-sama menyedihkan namun, yang teristimewa kami adalah pahlawan devisa untuk negara yang kaya raya ini.
Aku lupa akan tujuan awalku, rasa penasaran dan rasa rindu menguasaiku. Aku mulai mendekatinya, menepuk pundaknya dan spontan saja ia tersontak dan melihat ke arahku. Udin gelagapan, bibirnya gemetaran ia sekaan ingin menyapa tapi dari bahasa tubuh nya tersirat bahwa ia lupa sesuatu, ia lupa namaku. Aku merendahkan hati untuk membuka pembicaraan. “Hai kawan, sudah lama kita tidak bersua. Apa kian gerangan yang membawamu berdiri disini dengan wajah,, ah wajah apa itu? Seperti.. ah tolong jelaskan kawan” Aku menatapnya dengan penuh rasa kasihan. “Aku ingat padamu, kau melekat erat dan kuat dalam ingatanku. Tak bisa aku lupa sekalipun aku ingin melupakannya. Tapi kawan ku yang bersahaja, siapakah namamu?’ Udin bertanya dan tertunduk malu. Mungkin ia dirasuki rasa bersalah karena lupa akan namaku yang susah payah Ayah-Ibuku sematkan bahkan setelah tiga hari tiga malam melaksanakan hajatan memberi makan anak yatim, agar nama indah ini membawa keberkahan dalam hidupku.” Tak apalah kawan, apalah arti sebuah nama. Terpenting seperti yang kau katakan tadi, wajahku yang tak seberapa tampan ia melekat erat dalam ingatanmu. Baiklah perkenalkan kawan, namaku Stapahera, kau bisa memanggilku Boy. Ingat kawan, Boy!” aku menyodorkan tangan untuk bersalaman dengannya, “Banar kawan, aku ingat. Nama dan panggilanmu yang tidak selaras” Udin tertawa dan akupun tertawa. Aku mulai penasaran apa yang membawanya ketempat seperti ini, sedari tadi ia belum menjawab pertanyaanku.
“Bukan ayah, ibu, nenek, ataupun buyutku yang tidak sehat. Ini lebih menyedihkan dari semua itu, kau tau Boy, saku ku sedang sakit kini. Betapa sakit dan sedihnya aku. Saku ku kini sedang di UGD melakukan pemeriksaan. Nah kau kawan, apa yang membawamu kemari ? Istrimu kah yang sedang berjuang untuk kelahiran buah cinta kalian ? Atau apakah ?”
:”Ah derita yang kau alami sama dengan deritaku, tapi kawan, kau kalah selangkah. Saku ku yang tercinta kini terbaring lemah tanpa organ dolar dan rupiah di ICU” Aku mengusap air mata yang tanpa perintah turun menari-nari dipipi.
“Benarkah ? Kebetulan macam apa ini kawan. Aku sedikit tidaknya tau mengenai penderma-penderma di pasar ikan. Mereka disana banyak menjajakannya. Hanya duduk lalu memelas kasih. Kita mendapatkannya tanpa membayar 250 perak per organ” Udin dengan sumringah menyampaikan idenya. Aku tak tahan ingin menampar ide nya yang murahan itu.
“ Bukan itu saja masalahnya kawan, setanisme uang mulai menjajah pola fikir kita. Fikirin itu seperti virus basil tahan asam yang susah di hapus hamakan. Kau lihat saja perawat diluar sana, ia seakan kerasukan mengisi sakunya. Padahal sakunya baik-baik saja. Dan bahkan perawat itu hidup sejahtera. Dan lihat dokter dengan jas putihnya, ia lontang lantung menukar waktunya dengan uang agar sakunya sehat, kuat, dan terpandang. Nah sekarang kau miringkan kepalamu, kau lihat wanita paruh baya dipojok kiri sana. Ia mulai berfikir nakal mencuri-curi kesempatan merebut uang dari saku perawat dan saku dokter tadi agar saku sehat kembali. Wanita itu sudah terlalu pahit menahan kegetiran dalam hidupnya. Sialnya, empat anaknya mati kelaparan dan suaminya menikah lagi dengan janda kaya hanya kerena sakunya sedang kritis dan tergolek lemah tanpa rupiah. Itulah yang disebut setanisme uang kawan” Aku berpanjang lebar, namun wajah udin kembali sumringah, sepertinya ia kembali mendapat ide.
“Ah, begini saja kawan? Aku punya ide yang lebih besar kini” Dengan ambisi yang menggebu Udin melanjutkan pembicaraannya “. Kau mahu tahu satu rahasia boy”.
“ Rahasia apa itu? Pelikkah? Perlukah dunia mendengarnya?”Aku yang mulai penasaran melepar kembali pertanyaan kepadanya.
“ Ah, kau jangan seperti kresek rusak saja boy ! Kau tahu kan makna rahasia ? Rahasia itu hanya membutuhkan tiga tokoh. Kau, aku, dan Tuhan yang sedang menyimak sekaligus bangga dengan hamba seperti aku yang cerdas luar biasa. Tapi ini rahasia ini sedikit mengerikan boy, lebih seram dari setan jenglot sekalipun. Rahasia ini cara agar kita yang nelangsa bisa mendapatkan kembali organ vital saku yang hilang” Udin tersenyum-senyum, aku takjub padanya. Setelah bertahun-tahun tidak berjumpa aku rasa ia semakin pintar saja terlebih ia kini menjelma sebagai pria yang berpikir kritis. “Haaah, kawan cepatlah katakan saja rahasia itu, aku tidak peduli ia seram atau apa sekalipun” Aku yang mulai tidak sabar berdiri tegap dihadapan udin. Inilah saat-saat pencerahan dan jimat luar biasa yang akan dilontarkan udin untuk menyelamatkan saku ku yang sedang kritis di ICU dan suka nya yang sedang dalam pemeriksaan diUGD.
“ Kau simak baik-baik boy. Jika kau ingin sakumu kembali pulih kau mesti seperti mereka terlebih dahulu. Duduk dikursi empuk dengan jas armani, sepatu pentofel, dan dasi bercorak polkadot dengan warna abu-abu. Masalah bagaimana caranya solusi yang gampang boy, kau jual saja janji-janji busuk dengan rakyat. Jangan lupa sesekali keluarkan bakat aktingmu itu, beriba-iba lah. Katanya kau tidak akan berani macam-macam sebab kau pun dari kalangan yang tidak kaya. Dari isu-isu yang sekelian lama terekem,rakyat biasanya lebih percaya dengan orang yang bernasib sedih sama dengan mereka. Tidak perlu kau fikirkan masalah biaya kempanyemu boy. Perlahan dan pasti, misimu mengorek beberapa rupiah disana, tidak perlu cemas. Rakyat itu tidak akan curiga. Lihat saja negara kita ini, berapa banyak koruptor yang mencuri laci negara hingga triliunan rupiah demi saku mereka ? mereka banyak yang selamat dibalik topeng tanpa harus makan nasi jagung di balik jeruji besi. Mereka dengan cerdiknya bersembunyi dibelakang kuasa-kuasa hukum mereka. Mereka hebat, mampu mengendalikan politik yang mematikan ini.  Setelah kau berhasil jangan lupakan aku, tolong selamatkan juga sakuku. Bukan kah kau bahagia melihat aku sejahtera ? aku teman mu yang cerdas tiada terhingga ini aku dengan mudah memberaskan semua itu. Bagaimana boy ide yang cemerlang bukan ?” Udin menepuk pundakku, aku seperti patung yang benar-benar tidak bersedia untuk bersuara. Ide bodoh nan menyesatkan itu menampar kalbu dan sukmaku. Ide itu mengalir di dalam darah, otak, lalu ia berguling-guling dan tumpah karena konflik batin yang serius, seumur-umur inilah ide paling nista yang pernah aku dengar, bukan sebuah selosi melainkan musibah. Dengan berat hati aku berbicara dan menantang ide Udin yang tetap saja tersenyum-senyum.
“ Hai Udin, temanku yang aku kagumi karena kesetianmu. Sejak kita ternobatkan dan memaksakan diri mencari pundi-pundi rupiah di negeri orang, kau lah orang yang begitu baik padaku, Jika aku makan nasih bertemankan garam, kau pun bersedia dengan rendah hati makan nasi yang bergaram. Ketika aku kehilangan arah, kau penyemangat hidup.Ketika aku goyah pada wanita-wanita yang menjajakan jasa sebagai penghibur kau tampar aku dengan siraman rohanimu, menyelamatkan iman dan islamku. Tega betul kau racuni otakku dengan ide sampah seperti itu. Tega betul kau berniat mengkhianati rakyat yang menderita seperti kita, Politik tak semudah semburan mu itu, ia tidak mudah diterima, inkonvensial. Politik bukan frasa-frasa yang dengan mudah penyair ciptakan. Politik itu gebrakan protes-protes, punya corak, kejam dan humoris. Dan yang terpenting orang-orang politik sakunya tidak sakit seperti saku kita. Saku mereka sehat, mampu menyelamatkan orang-orang berpolitik dan kroni-kroninya. Dan inilah yang aku katakan setanisme uang. Tidak semua yang berpolitik memiliki niat mencuri seperti mu” suaraku bergetar, tetap saja aku masih tidak terima dengan Udin. Udin dengan ambisi yang mulai layu dan matanya yang nanar berujar “ Baiklah boy, mulai sekarang kau bukan temanku lagi. Jika kau terluka tentang ideku,cukup maafkan. Aku terlalu malu dengan penolakan mu boy” udin sesugukkan, ternyata ide yang dibanggakannya menampar keras harga dirinya. Dan akupun yang tidak lagi nyaman berdiri disamping.
“Udin, Aku bedoa agar saku mu akan kembali baik-baiknya. Semoga kau mendoakan hal yang sama. Satu nasihat ku padamu, jangan coba-coba selamatkan saku mu dengan cara yang tidak halal. Kau dan aku, hanya hamba Allah. Berdoa dan berusaha lah agar kau sejahtera. Sebab ini baru epilog dari opera kehidupan kita kawan” ujarku sembari melangkah menuju ruang ICU.
Tapaktuan, 20 Oct 2016

15.43 WIB 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prolog Penculikan Oleh : March Az

Intel berjaket kulit hitam pekat itu menoleh, dengan wajah penasaran ia mendorong pintu kayu yang lapuk dan bolong-bolong karena di gigit rayap. Terdengar sayup tangis dari dalam, mungkin dari salah satu sekat ruangan di dalam. “Deri…” Jerit seseorang disana. Dengan penuh rasa was-was intel ulung itu menoleh, ada wanita cantik disana. Perlahan sang intel berjalan mendekati wanita berparas elok itu. “Ah, kau Fris ! Mengganggu ku saja ? Sedang apa kau ?” sesekali Deri menengok kiri-kanan, takut kalau-kalau ada seseorang yang lain mengintainya. “Aku hanya ingin membantu menyelesaikan kasus ini” tukas Friska. Ia siap tempur dengan penampilan nya, sepatu bots setinggi lutut, T-shirt hitam, dan celana sepaha. Derianto bergeming meninggalkan Friska yang sedari tadi memajukan muncungnya karena kurang suka dengan respon sang intel. Friska mengikuti sang intel dari belakang, perasaan mereka harap-harap cemas. Untuk pertama kalinya ia rela mengorbankan ketakutannya untuk keberanian yang l

“PEMBUATAN SABUN”

“PEMBUATAN SABUN” OLEH: Kelompok IV Anggota     : 1.    Mareta Asryanti 2.   Dinda Soraya Setyoningtyas 3.   Maya Helmaliza 4.   Nur aini 5.   Ratemah Suriyani KATA PENGHANTAR Makalah penelitian Karya Ilmiah Remaja yang berjudul “ Pembuatan Sabun ” mengupas lebih dalam mengenai kondisi kependudukan di Indonesia. Makalah penelitian ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dalam penulisan karya tulis ilmiah. Sebagai makalah penelitian, hakikatnya hasil dari penelitian-penelitian tersebut dijadikan satu hingga menjadi suatu himpunan karangan pengatahuan yang berguna untuk umum.. Para pembaca makalah kami buka peluan g seluas mungkin untuk memberi kritik dan saran guna untuk memperbaiki makalah penelitian ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat menjadi makalah yang berguna untuk kita semua. Subulussalam, 22 Mei 2013 Kelompok IV DAFTAR ISI             B ab L : Pendahuluan 1.1 Latar Be

Makalah penelitian “ PENGARUH JENIS TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KACANG TANAH”

OLEH: Nama                  : Rizky Syahputra Kelas                   : x3 Judul penelitiian : “ PENGARUH JENIS TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KACANG TANAH” Kata penghantar Makalah penelitian Karya Ilmiah Remaja yang berjudul “PENGARUH JENIS TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KACANG TANAH” bertujuan untuk mengupas lebih dalam tentang             pertumbuhan tanaman kacang tanah. Makalah penelitian ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dalam penulisan karya tulis ilmiah. Sebagai makalah penelitian, hakikatnya hasil dari penelitian-penelitian tersebut dijadikan satu hingga menjadi suatu himpunan karangan pengatahuan yang berguna untuk umum.. Para pembaca makalah kami buka peluang seluas mungkin untuk member kritik dan saran guna untuk memperbaiki makalah penelitian ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat menjadi makalah yang berguna untuk kita semua. Subulussalam,26 -Mei/2012