Pagi ini kesibukan
pasar loak dimulai, bahkan sebelum srisyamsu dijemput pagi pun berbagai jenis
pedangan dan dagangan mulai memenuhi tempat seluas satu hektare itu. Ditambah
riangnya anak-anak nelayan yang ikut pergi bersama sang ayah untuk menjajakan
iklan segar yang didatangkan langsung dari pelabuhan terdekat. Petani pun tak
ketinggalan, dengan bakat alami mereka menawarkan beberapa jenis sayuran segar
kepada pedagang untuk dijual kembali. Sungguh dengan segala kebaikan alam
petani-petani itu mampu bertahan hidup. Beberapa remaja laki-laki dengan sandal
jepit yang tak sama ukuran antara kaki kira dan kaki kanan mengasong disektir
pasar dengan suara teriakan mereka yang mengudara, mereka telah lama
meninggalkan Tut Wuri Handayani dengan alasan sekolah adalah hal yang terlalu
mewah bagi mereka. Prajurit keamanan pasar tak mau kalah, dengan sigap dan
gagah telah siap mengerahkan seluruh tekad, jiwa, serta raga demi terciptanya
keamanan dan kenyamanan. Tak hanya itu, ada sisi gelap yang terjadi dipasar
loak, sejumlah waria pun ikut menjajakan diri. Menjinjing kresek yang berisi
sejumlah alat kontrasepsi. Sebenarnya sudah beberapa kali petugas sosial
membekuk wanita jadi-jadian ini, namun tetap saja sifat jera memang tak lekat
dalam hidup mereka.
Tapi pagi ini berbeda,
pembeli tak sudi singgah membeli ikan, sayuran, pakaian, bahkan segala jenis
bahan sembako. Para pembeli seakan enggan, mereka masuk gerbang dengan wajah penuh
ambisi dan keluar gerbang dengan wajah berseri-seri. Pukul 9 pagi para pedangan
pasar loak mulai kasak kusuk, gelisah, mengapa tak satupun dari dagangan mereka
yang laku. Rasa heran mulai merasuki para pedagang pasar loak. Salah satu pedangan
sayur mulai membuka suara “Bagaimana ini? Sudah sedari tadi tak satupun yang
sudi membeli sayuran ku! Coba kalian katakan, apakah sayuran ku tampak layu ?”
Dengan wajah yang tak kalah kecewa pedangan ikan menjawab “Hai, Buyung bukan
kah kau liat sedari tadi aku mengalami hal yang dengan mu? Anak ku sedang sakit
dirumah, aku butuh uang untuk membawa segera anakku ke mantri !” “Ah, ini sudah
ku baca sebelumnnya. Tidakkah kalian tahu bahwa ini semua dampak dari 45 hari
menjelang pesta rakyat, pesta demokrasi Bung!” Pedangan buah menimpali. Dari
sela-sela hiruk pikuk pedagang buah dengan amat santai berkata “ Sudahlah, tak
usah ribut-ribut! Kalian semua tahu rezki itu sudah pula ada yang mengaturnya,
kita tunggu saja sampai siang nanti” Para pedangan mulai tenang dan kembali ke
lapak dagangan masing-masing. Yang membuat mereka merasa heran adalah betapa
banyaknya pembeli yang masuk ke pasar loak ini namun tak kunjung melakukan
transaki jual beli dengan meraka. “Ada apa gerangan” Pedagang sembako kembali
menggerutu. Namun tak seorang pun mempedulikan nya.
Matahari mulai tegak,
udara panas menyelimuti pasar loak. Ini sudah pukul satu siang, namun keadaan
masih tetap sama seperti pagi tadi. Dari kejauhan tampak seorang pedagang
pakaian berlari-lari seakan-akan ingin menyampaikan sesuatu yang penting .
Dengan nafas tersengal-sengal dan wajah yang memerah pedagang pakaian mulai
berbicara “Kawan-kawan yang ku hormati, ku hargai, dan ku sayangi sepanjang
Tuhan memberiku hidup, telah terjadi kegawatan persaingan dipasar loak kita ini!”
Dengan wajah penasaran pedagang lainnya bertanya “Ada apa? Katakana cepat!
Jangan kau perbanyak mukadimah yang tidak penting, langsung saja pada hal yang
ingin kau sampaikan”
“Ada pedangan ijazah
dipojok sana, seluruh pembeli berbondong-bondong membeli ijazah pada nya. Tak
main-main ijazah yang dia sediakan dengan berbagai gelar. Pembeli hanya memilih
gelar apa yang mereka inginkan. Pun tak payah menunggu lama, dalam hitungan
menit ijazah mereka langsung jadi lengkap nama dan gelarnya. Setelah membeli
ijazah mereka disumpah untuk bungkam seumur hidup mereka Lalu mereka dibekali
sekarung beras, pakaian, berbagai jenis lauk-pauk, buah dan sayur. Seluruh
pembeli disana tertawa bahagia, ada yang berencana menjadi arsitek, pengurus
adminstrasi, pengurus pemerintahan, dan yang paling membuat ku bergindik ada
yang menjadi presiden lalu…..”
“Berhenti berbicara !
Aku sudah paham, sebaiknya kita pulang saja, kemaskan seluruh dagangan kalian”
Perintah pedangan sayur
“Tapi, bagaimana dengan
anak yang sakit dirumah” timpal pedangan ikan
“Sudah, lupakan saja tentang
anakmu yang harus kedokter, obati saja dia dengan obat puyer yang bisa kau beli
diwarung, aku bersedia mendoakan kesembuhan anakmu disetiap sujudku” Jawab
pedangan Sayur
“Tapi..” perkataan
pedangan ikan terhenti, air matanya mulai menganak sungai disudut mata.
“Tak usahlah banyak
tapi, kita ini kecil, tak berijazah pula. Inilah yang disebut pembodohan massal.
Kota ini artifisial, segala aspeknya pun artifisial. Aku pun tak sanggup lagi hidup
dikota ini, sudi tak sudi ku perintahkan kalian tak usah lagi berdagang dipasar
loak ini, pergi ke kota lain yang menjanjikan pada kejujuran. Lagipula apa
boleh buat, pulanglah! Kita sudah kalah. Sudah skak mat” Pedangan ikan menutup
pembicaraan mengangkat peti ikan dan berjalan menuju gerbang keluar pasar loak.
Numpang promo ya Admin^^
BalasHapusajoqq^^com
mau dapat penghasil4n dengan cara lebih mudah....
mari segera bergabung dengan kami.....
di ajopk.club....^_~
segera di add Whatshapp : +855969190856