Langsung ke konten utama

Postingan

Katagori : Cerpen

Chebi dan Kempri Oleh : March Az Waktu subuh yang masih digulung kelam membawa katak yang tengah bermalas-malasan harus bangkit dari mimpi malamnya. Hutan membuatnya terpaksa melompat-lompat kembali kesana. Bukan prihal sederhana, karena ingin bersilaturahmi dengan hewan dan binatang lainnyya sekaligus memberi kabar gembira bahwa telah menetas diatas dunia yang penuh sandiwara ini anak-anaknya, kecebong indah dang mungil.   Sebelum ia berranjak pergi, tak lupa ia titipkan kecebong-kecebong ini pada tumbuhan Putri malu. Kecebongan yang tinggal didalam kubangan air berwarna coklat. “ Putri malu, ku amanatkan padamu anak-anakaku kempri” Pesan sang katak. Putri Malu terheran-heran mendengar sebutan kecebong tersebut. “Kempri?” tanya putri malu dalam hati. Sang katak seolah paham rasa gusar dihati Putri malu, segera ia menjelaskan menganai arti dari nama anak-ananknya itu. “ Kempri itu seperti nama-nama orang besar. Terdiri dari enam huruf. 4 konsonan dan 2 huruf vokal. 4 : 2 Sempur
Postingan terbaru

Skenario Patah Hati (cerbung) Oleh : March Az

Sedari kecil kita ditanamkan semangat juang dan pantang menyerah oleh orang-orang yang kita sayang. Lagi-lagu kebangsaan dari Indonesia Raya sampai Maju Tak Gentar yang telah kota dengar bertahun-tahun lamanya pun mensugesti kita untuk tidak mudah menyerah. Tapi tidak dengan Viona, sejak semenit yang lalu tepatnya ia memutuskan untuk menyerah pada hidupnya. Tak mau makan, tak mau minum, tak mau tidur, tak mau berbenah, tak mau berdandan, serba tak mau. Ia hanya diam, menatap layar telepon genggam miliknya. Ada sebuah pesan singkat yang telah merampas kebahagiaannya. From Aak Dika 0853456***** “Dear Viona, aku tahu betul betapa mulianya hatimu, betapa tulusnya cintamu, serta betapa indah parasmu. Tentu tak pantaslah aku berharap lagi padamu, maka dari itu kuputuskan pergi untuk mencari kebahagiannya yang layak untukku. Tapi Viona, kau jangan marah atau membenci ku, suatu hal yang kau tau sampai detik ini aku masih peduli padamu. Jadi anggaplah kepergiaanku ini hasil dari mufaka

Pasar Loak Oleh : March Az

Pagi ini kesibukan pasar loak dimulai, bahkan sebelum srisyamsu dijemput pagi pun berbagai jenis pedangan dan dagangan mulai memenuhi tempat seluas satu hektare itu. Ditambah riangnya anak-anak nelayan yang ikut pergi bersama sang ayah untuk menjajakan iklan segar yang didatangkan langsung dari pelabuhan terdekat. Petani pun tak ketinggalan, dengan bakat alami mereka menawarkan beberapa jenis sayuran segar kepada pedagang untuk dijual kembali. Sungguh dengan segala kebaikan alam petani-petani itu mampu bertahan hidup. Beberapa remaja laki-laki dengan sandal jepit yang tak sama ukuran antara kaki kira dan kaki kanan mengasong disektir pasar dengan suara teriakan mereka yang mengudara, mereka telah lama meninggalkan Tut Wuri Handayani dengan alasan sekolah adalah hal yang terlalu mewah bagi mereka. Prajurit keamanan pasar tak mau kalah, dengan sigap dan gagah telah siap mengerahkan seluruh tekad, jiwa, serta raga demi terciptanya keamanan dan kenyamanan. Tak hanya itu, ada sisi gelap

Dunia Tidak Sesempit Make Up Kit

Sete l ah bercakap-cakap dengan seorang teman saya (Red: Mawar) selama kurang lebih 27 menit  pembahasan yang super absurd (menit pertama membahas masalah jodoh, menit ke dua belas membahas perayaan maulid nabi, menit ke tujuh belas membahas prioritas cowoksaat treveling, dan menit-menit terakhir sebelum handpone tewas tak berdaya  membahas tentang wanita). Oke right, ini hasil dari dua pemikiran yang kebetulan dan ntah bagaimana bisa saat itu sejalan. Setelah di shake pemikiran ini dan itu, di add toping-toping tertentu kita dapat suatu pembelajaran “ Dunia tidak sesempit make up kit” . Why ? Untuk menjadi seorang ibu yang hebat “tidak harus” dengan make-up kit, baju mahal, sepatu cantik, dan tas mewah. Menjadi ibu yang hebat dengan cara pola asuh yang baik, iman yang teguh, ketulusannya yang luar biasa. Untuk menjadi wanita karir “tidak harus” dengan make-up kit, baju mahal, sepatu cantik, dan tas mewah, cukup dengan kemampuan, sosial, dan soft-skillnya. Loh, kok kata tidak har

Retorika Sendiri Karya : March Az

Anggap saja kau sendiri tak punya siapa-siapa untuk bercerita tak punya teman bersuka ria tak punya makanan supaya kenyang tak punya gadget agar tarhibur tak punya uang buat berfoya-foya Anggap saja tak punya Anggap saja kau sendiri Diteror dan meneror masalah sendiri mencari jalan-jalan kemenangan sendiri Disandra waktu sendiri Dikhianati musim sendiri Ditipu semilir angin pun sendiri Mungkin sendiri itu destinasimu Anggap saja kau sendiri sore ini Dilorong-lorong waktu yang semakin mendesakmu untuk terus sendiri Ataupun tangis-tangis lirih yang menakutimu saat kau sendiri Ataupun juga boomerang hidup yang terus mengurat nadi mengakar hingga merusak jasmani mu Sehingga, lagi-lagi kau sendiri itukah duka sendiri ? Senantiasi menertawaimu yang selalu berkencan dengan sepi Anggap saja kau sendiri Bergelut dalam doa sepanjang malam membentang Berkomat-kamit dengan dzikir dalam butir-butir tasbih indah Bermandikan air wudhu disetiap waktu Lebih baik begitu

Balada Usai Senja Oleh March Az

Hujan telah usai. Sayup terdengar suara katak bernyanyi sahut me n yahut dengan alam malam. Aroma petrikor menjadi terapi kesedihan bagi setiap pecinta hujan. Listrik padam dikota itu, suara mesin genset menderu diudara. Malam itu, para jompo telah lelap dalam tidur malamnya, ada yang mendengkur, tertawa, mengigau menyebut nama mantan istrinya yang sudah berpuluh-puluh tahun bercerai , mengigau menyebut nama tetangga yang belum membayar utang sebesar 200 ribu rupiah, mengigau ingin menikahi gadis perawan, dan yang paling menyayat hati, menangis dalam tidur sembari memanggil nama anaknya. Namun mnasih saja ada dua orang lelaki tua bercengkrama dalam kamar petak berukuran sempit itu. Pa’i dan Mu’i bertemankan dua cangkir susu panas dengan asap yang mengepul indah pada bibir cangkir, sebu n gkus biskuit yang mereka dapatkan dari perawat panti yang ramah nan jelita . Pa’i dan Mu’i berinisiatif untuk tidak tidur terlalu cepat malam itu, sebab malam itu adalah malam yang berarti untuk

SETANISME UANG Oleh : March Az

Aku berjalan dengan langkah cepat. Hatiku kacau, fikiranku risau,.Ah harus sekocar-kacir inikah aku ? Rasa khawatirku begitu besar, seakan maut benar-benar akan menjemput. Dari kejauhan aku melihat lelaki tinggi, berperawakan india, dengan wajah yang pucat pasi. Langkahku terhenti, fikiranku mulai terpusat pada lelaki itu. Sungguh kurang ajarnya dia, berani mengalihkan rasa khawatirku yang sedari tadi menggorogoti akal sehatku. Aku tertegun, ribuan sel syarafku mulai bekerja. Dan Ahaa, lelaki itu Udin, lelaki sekawanku ketika menjadi TKI di negara Paman Sam. Aku begitu menyukainya, Udin dan aku sama saat itu, kami sama-sama menyedihkan namun, yang teristimewa kami adalah pahlawan devisa untuk negara yang kaya raya ini. Aku lupa akan tujuan awalku, rasa penasaran dan rasa rindu menguasaiku. Aku mulai mendekatinya, menepuk pundaknya dan spontan saja ia tersontak dan melihat ke arahku. Udin gelagapan, bibirnya gemetaran ia sekaan ingin menyapa tapi dari bahasa tubuh nya tersirat bahw